www.IPCfund.com

Selasa, 23 Februari 2010

Kontroversi Nikah Negara atau Nikah Agama...

Satu lagi isu yang muncul belakangan ini adalah persoalan nikah resmi (bersurat) dan nikah siri/ bawah tangan (tidak bersurat). Semua orang mulai memberikan pendapatnya masing-masing, seperti biasanya ada yang pro dan ada yang kontra.

Pendapat satu menyatakan dukungannya terhadap pernyataan "...yang melakukan perbuatan nikah siri bisa ditindak pidana..." yang menyatakan dukungannya beralasan dengan adanya aturan itu hak-hak perempuan akan terlindungi, sedangkan satu pendapat lagi beranggapan aturan itu tidak perlu dan dianggap berlebihan, alasan utama yang menolak adalah biaya untuk nikah resmi itu MAHAL.

Terlepas dari pro dan kontra diatas, saya menilai semua pendapat itu ada benarnya. Pertama yang menyatak adanya aturan, hak perempuan akan terlindungi, memang selama ini dan sepanjang yang saya ketahui banyak para pelaku nikah siri yang dirugikan terutama pihak perempuan. Karena saya melihat pelaku nikah siri kebanyakan hanya berniat untuk melegalkan hubungan "suami-istri" daripada menjadi gunjingan orang lain mendingan disahkan saja secara agama, TITIK hanya sampai sana kebanyakan orang berpikir, tanpa memikirkan lebih lanjut mengenai apa fungsi nikah, dan tanggung jawabnya, yang akhirnya saya melihat antara nikah siri dan poligami sangat berhubungan.
Memang, baik nikah siri dan poligami adalah hak setiap orang, selama orang tersebut bisa dan mampu menjalaninya, dan keduannya pun DIBENARKAN oleh agama tetpai dengan adanya persyaratan tertentu yang harus terpenuhi.
Persyaratan nikah siri dan negara adalah sama, seperti harus ada ijab kabul, wali, hakim, saksi, mahar, dsb. yang membedakannya adalh pelaku nikah siri kebanyakan melakukan jalan pintas, seperti untuk wali dan saksi kebanyakannya nyewa/ membayar pihak luar. Sedangkan intuk poligami persyaratan yang harus dipenuhi adalah kemampuan, baik itu mampu menafkahi lahir batin dan mampu bersikap adil, dan yang paling utama meminta dan mendapat izin dari istri pertama, tetapi yang terjadi kebanyakan syarat meminta izin dan diberi izin itu yang selalu dilewati para pelaku, akhirnya jalan pintasnya ya...melakukan nikah siri itu.
Sedangkan untuk yang menyatakan nikah resmi itu mahal, memang ada benarnya. Mungkin terlalu banyaknya proses administrasi yang harus dipenuhi para calon, terlepas apakah administrasi itu resmi ataupun tidak. Bukan rahasia lagi budaya di kita adalah setiap menghadap "meja" selalu saja disisipi dengan "amplop". Selain mahal, prosesnya pun bisa dibilang terlalu kompleks.

Menurut saya yang harus dibenahi itu bukan aturannya, karena semua aturan mengenai kedua hal tersebut telah jelas, yang terpenting adalah membenahi pribadi-pribadi yang akan melakukannya. Seperti harus mengetahui/mengerti dari makna dan arti sebuah pernikahan, mulai dari persyaratan dan tanggung jawabnya. INGAT pertanggungjawaban sebuah pernikahan bukan terhadap para pelaku dan keluarganya saja akan tetapi bertanggung jawab terhadap sang Pencipta atau dengan kata lain bukan sekedar di dunia tetapi di akhirat pun akan dipertanggungjawabkan.
Banyak alasan untuk melakukan pernikahan itu;
1. menikah karena adanya rasa sayang saja
2. menikah karena adanya rasa tanggung jawab saja
3. menikah karena adanya rasa sayang dan tanggung jawab
Diantara ketiga alasan, yang paling benar menurut saya adalah alasan ketiga.

Bagaimanakah seharusnya sifat seorang pemimpin,,,

Melihat situasi sekarang mungkin ada baiknya para pemimpin kita meniru dan meneladani sosok Nabi Muhammad SAW. Ingat sekali lagi yang saya bicarakan bukan mengenai ajarannya tapi lebih terhadap sifat dan akhlak beliau, karena tidak ada salahnya kita membahasnya karena beliau telah dianggap sebagai salah satu pemimpin yang paling berpengaruh didunia.

Untuk itu saya akan perlihatkan beberapa sifat dan akhlak beliau yang harus kita teladani,

1. Seorang pemimpin yang ingin menyenangkan dan melayani bawahannya,
Salah satu kisah yang memperlihatkan sosok beliau dalam menyenangkan dan melayani adalah "...saat sahabat beliau datang terlambat ke majelis beliau, tempat telah penuh sesak, ia meminta izin untuk mendapat tempat namun sahabat yang lain tidak ada yang mau memberinya tempat, saat dia bingung Rasul memanggilnya dan memintanya duduk didekatnya, tidak cukup sampai disitu, bahkan Rasul pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikannya alas duduk. Dengan berlinang air mata sahabat tersebut menerimanya tetapi tidak dijadikannya sebagai alas akan tetapi menciumnya..."
Senangkah kita apabila melihat orang yang kita hormati, kita junjung tiba-tiba melayani kita....????

2. Seorang pendengar yang baik
Dalam satu kesempatan yang lain, "...ketika di Mekkah, Nabi didatangi utusan pembesar Quraisy, Utbah bin Rabiah. Ia berkata pada Nabi, Wahai kemenakanku, kau datang membawa agama baru, apa yang sebetulnya kau kehendaki, Jika kau kehendaki harta, akan kami kumpulkan kekayaan kami, Jika kau inginkan kemulian akan kami muliakan engkau, jika ada sesuatu penyakit yang dideritamu, akan kami carikan obat, jika kau inginkan kekuasaan, biar kami jadikan engkau penguasa kami.
Nabi mendengar dengan sabar uraian tokoh musyrik ini, tidak sekalipun beliau membantah atau memotong pembicaraannya. Ketika Utbah berhenti, Nabi bertanya, Sudah selesaikah, Ya Abal Walid? Sudah, kata Utbah. Nabi membalas ucapan Utbah dengan membaca surat Fushilat. Ketika sampai pada ayat sajdah, Nabi bersujud, sementara itu Utbah duduk mendengarkan Nabi sampai menyelesaikan bacaannya..."
Peristiwa ini sudah lewat ratusan tahun lalu, kita tidak heran bagaimana Nabi dengn sabar mendengarkan pendapat dan usul Utbah, tokoh musyrik. Kita mengenal akhlak Nabi dalam menghormati pendapat orang lain.
Yang menakjubkan adalah perilaku kita sekarang, bahkan oleh Utbah, si musyrik, kita kalah. Utbah mau mendengarkan Nabi dan menyuruh kaumnya membiarkan Nabi berbicara.
Kita, jangankan mendengarkan pendapat orang lain yang berseberangan/ beda kelompok dengan kita, dari saudara atau sekelompok pun seringkali enggan untuk mendengarkan.

3. Seorang yang menghargai dan menepati janji,
Ada kisah yang menceritakan bahwa beliau sosok yang akan menepati dan menghargai sebuah janji, meskipun janji tersebut diucapkan terhadap lawan/ musuhnya, karena bagi beliau janji adalah janji.
Berbeda dengan sekarang semua janji yang diucapkan seringkali hanya sebuah isapan jempol belaka.

Siapakah yang bertanggung jawab....???!!!

Ya, siapakah yang seharusnya bertanggung jawab atas semua peristiwa yang terjadi di negeri ini....???!!!
kerusuhan...??!!
anarki...??!!
korupsi...??!!

Kami sudah bosan dengan segala macam intrik politik yang berujung dengan memanipulasi publik, hanya karena ingin terlihat peduli akhirnya mengambil jalan dengan menarik si A atau si B kebalik jeruji tanpa adanya bukti yang kuat dan pasti yang hasilnya menimbulkan ketidakpuasan terhadap kami/ rakyat.

Wahai para pemimpin INGAT yang kami butuhkan adalah hanya kejujuran dan tanggung jawab ANDA selama menjadi pemimpin...!!!
Satu hal karena KAMI-lah ANDA bisa duduk diatas sana...!!! karena KAMI-lah ANDA bisa menikmati semua fasilitas...!!! dan dari KAMI-lah ANDA makan...!!!

Coba lihatlah,,, KAMI yang memberi makan ANDA, tapi banyak diantara KAMI yang tidak makan...!!! KAMI yang memberi ANDA kekuasaan, tapi banyak diantara KAMI yang ditindas...!!! KAMI yang memberi ANDA fasilitas No.1, tapi banyak diantara KAMI yang belum bahkan tidak pernah menikmati fasilitas, malahan KAMI disingkirkan...!!!

I N G A T L A H . . . . . . ! ! ! ! ! !
apabila KAMI bisa mengangkat ANDA, berarti KAMI pun mampu menurunkan ANDA

Rabu, 17 Februari 2010

,,,apakah salah/ disalahkan jadi no dua, dst,,,,,,????

kenapa harus selalu jadi nomor satu,,,,?????!!!!! salahkah kita klo berada diposisi setelah no tsb?!
dua, tiga,empat, dst.....!!!